Monday, February 3, 2020

Pakpak Bharat : Negeri Indah di tengah hutan Bukit Barisan Pulau Sumatera


Ini cerita perjalanan saya tahun 2017. Jadi mohon maaf barangkali ada foto/cerita yang tidak up to date. Mendapat tugas di wilayah ini, termasuk salah satu yang berkesan. Walaupun kondisi akomodasi sangat terbatas, dan lokasi nya juga cukup jauh untuk dijangkau, tetapi suasana kota nya justru bikin kangen. Kota nya sangat toleran menurut saya. Sekitar jam 05.00 lebih terdengar sayup-sayup suara adzan Shubuh, kemudian disusul bunyi lonceng gereja pada pukul 06.00. Saya juga sempat merasakan suasana syahdu dan meriahnya hari minggu disini. Suasana nya seperti lebaran, pagi hari sekitar jam 08.00, warga berpakaian rapih  berjalan kaki ke gereja terdekat. Tidak sulit juga mencari makanan disini, warung-warung berlabel tulisan Bismillah itu artinya halal untuk kaum muslim, dan berlabel tulisan shalom artinya non halal untuk muslim. Jenis makanan yang tersedia  banyak jenisnya antara lain makanan khas tapanuli (seperti ikan arsik, mie gomak), makanan khas aceh (mie aceh), lontong sayur, masakan padang. Disini saya menemukan suatu rumah makan yang menyajikan ikan tawar panggang yang dimasak menggunakan labu dan bersantan yang belum pernah saya makan sebelumnya. Lupa namanya apa. 

Perjalanan yang sebetulnya duty trip ini kami lakukan bukan hanya sekedar perjalanan dinas, berawal dari ‘biusan’ tempat nya yang membuat kami betah, akhirnya kami mencoba resapi wilayah tidak hanya dari fisik semata, tetapi budaya nya juga. Sampai saya pernah melemparkan  joke ke salah satu pejabat disana, karena selain saya, ada satu rekan yang sangat antusias dengan budaya Pakpak, Albin nama teman saya itu (foto-foto drone dalam blog ini adalah hasil karya nya) “Pak Berutu, boleh lah kasih Albin marga..” Tapi ternyata berbeda dengan suku  Batak, tidak ada istilah pemberian marga di dalam suku Pakpak. Selain kenangan yang saya dapatkan, saya juga mendapat kenang-kenangan kain oles (semacam kain ulos-nya suku Batak) dari  kepala desa Silimakuta bermarga Sinamo. Saya juga mendapat Ulos, dari istri bapak Kades tersebut, yang ternyata seorang boru. 

Cerita perjalanan kami dimulai dari Bandara Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang. Setelah makan siang di sebuah rumah makan dekat bandara, sekitar jam 3 siang kami meluncur menuju Kabupaten Pakpak Bharat melalui Kabupaten Karo. Jarak yang akan ditempuh sekitar ±220 Km atau sekitar 6 – 7 Jam. Sekitar jam 5 lebih, kami baru tiba di Kabanjahe, Ibukota Kabupaten Karo, singgah sebentar ke toilet serta membeli kopi khas Karo untuk bekal di Pakpak.
Menjelang magrib, kami tiba di Merek, daerah yang menyediakan banyak tempat peristirahatan (semacam rest area). Kami memutuskan untuk makan malam disini, di sebuah rumah makan khas Aceh. Kurang lebih satu jam kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Sidikalang, ibukota Kabupaten Dairi, kabupaten induk sebelum Pakpak Bharat terbentuk pada tahun 2003. Saat itu kondisi cuaca hujan , sehingga perjalanan harus hati-hati, karena jalan yang kami lalui berkelok-kelok dan jurang di sisi kiri. Selain itu, lebar jalan hanya sekitar 6 meter. Perjalanan kami terhenti sejenak, karena ada longsor sehingga diterapkan rekayasa lalu lintas buka tutup. 

Sekitar jam 10 malam kami tiba di Sidikalang, beberapa teman kami di drop sini, sedangkan saya dan beberapa orang lainnya melanjutkan perjalanan ke Salak – ibukota Pakpak Bharat. Jarak Sidikalang – Salak sekitar 54 Km dengan waktu tempuh ±1,5 Jam. Tidak berbeda jauh dengan kondisi jalan Merek – Sidikalang, jalan menuju Salak berkelok-kelok dan tidak seluruh nya mulus karena diberapa titik ditemukan kondisi jalan rusak walaupun masih termasuk kategori ringan. Seperti biasa, karena memasuki suatu tempat yang baru saya kunjungi, sepanjang jalan Sidikalang – Salak saya terjaga. Sekitar 30 menit berikutnya, mulai lah masuk ke wilayah administrasi Kabupaten Pakpak Bharat. Karena sudah menjelang tengah malam, jalanan sepi yang terlihat hanya lalu lalang beberapa ekor anjing. Anjing kampung yang lalu lalang di jalanan tersebut, berbeda dengan anjing kebanyakan. Bulu nya tebal, tidak heran karena wilayah Pakpak ini merupakan daerah dengan cuaca yang dingin.
Sekitar jam 12 kami tiba di Kota Salak dan langsung menuju suatu penginapan yang sangat sederhana di pusat kota. Tidak ada pilihan lain, karena hanya penginapan ini yang masih tersedia kamar. Keesok harinya, saya dibangunkan oleh suara adzan subuh , dan yang kemudian terdengar suara ngok...ngok.. 😅😅 Tergerak saya membuka jendela, melongok ke bawah...eh kok kuburan. Kuburan keluarga nampaknya karena hanya terdiri dari beberapa nisan  dan suara ngok..ngok itu berasal dari kandang babi di dekat kuburan itu. 
Jalan Provinsi di Pakpak Bharat : Sukarame - Salak dan Simpang Jambu - Sigalingging

Setelah sarapan dengan menu yang cukup lumayan (diluar ekspektasi karena dipikir hanya akan dikasih satu bungkus roti dan secangkir teh manis) ada nasi goreng, telor mata sapi , kerupuk, timun dan semangka, selanjutnya kami menuju Sindeka, pusat pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat.
Keluar dari penginapan, barulah terbuka mata kami tentang gambaran nyata Kota Salak, sebuah ibukota kabupaten dengan rasa ibukota kecamatan (tapi jangan berkecil hati penduduk Pakpak, kondisi tidak jauh dengan Sofifi yang malah beban nya lebih berat, ibukota provinsi dengan rasa ibukota kecamatan). Tetapi kondisi berbeda akan kita rasakan di kompleks pemerintahan. Bangunan perkantorannya sangat megah. Berada di lokasi ini yang berada lebih tinggi dari Kota Salak, kita akan disuguhi pemandangan alam yang cukup indah. 
 
Sindeka - Pusat Perkantoran Kabupaten Pakpak Bharat

Kompleks Perkantoran dengan latar belakang Perbukitan Bukit Barisan

  Ya, Kabupaten Pakpak Bharat ini berada di gugusan Bukit Barisan Pulau Sumatera, Kota di tengah hutan, 80% wilayah nya masih berupa hutan, dan 46% dari  kawasan hutan tersebut berstatus hutan lindung,  berada di ketinggian 700 – 1800 mdpl,  berhawa sangat sejuk dan pagi hari selalu berkabut. 

Kota Kecil di Tengah Hutan
 Penduduk Kabupaten Pakpak Bharat sekitar 50.000 jiwa dengan tingkat kepadatan hanya 37 jiwa/km2. Sehingga tidak heran, Salak sebagai ibukota nya sangat sepi, jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan kota. Beberapa permukiman dalam satu adminstrasi desa yang berhasil kami foto baik melalui drone atau dari camera yang diambil dari ketinggian, jumlah rumahnya dapat dihitung. 




Permukiman perdesaan yang umum nya mengelompok  dan linier

Generasi milineal berfoto dengan latar belakang  permukiman perdesaan

 Sepanjang tahun 2017, tiga kali saya mengunjungi Pakpak Bharat, dengan durasi 3 – 5 hari, lumayan ter-eksplor wilayah ini, yang menyimpan potensi wisata  alam luar biasa indah dan wisata sejarah dan  budaya yang unik. Potensi wisata sejarah yaitu terdapat benteng pertahananan terakhir Sisingamangaraja XII, raja Batak dan pahlawan nasional di Desa Traju Kecamatan Siempat Rube.
Peninggalan lainnya adalah Mejan, yang termasuk peninggalan purbakala. Mejan ini berupa patung-patung yang diukir dari batu. Patung-patung ini berbentuk orang mengendarai binatang seperti  gajah, kuda atau harimau. Mejan adalah suatu simbol kebanggaan kebanggaan dan kemashyuran bagi masyarakat Pakpak, Selain mengandung nilai budaya yang tinggi, mejan ini juga merupakan lambang kebesaran marga Pakpak atau masyarakat Pakpak. Berdasarkan penuturan beberapa sumber, keberadaan Mejan juga mengandung makna yang sifatnya mistis. Mejan tersebar hampir di seluruh kecamatan di Pakpak Bharat yang terdiri dari 8 kecamatan. 

 
Mejan - Peninggalan purbakala sebagai lambang kebesaran marga dan bernilai mistis


 Masyarakat Pakpak, seperti halnya masyarakat di tanah batak lainnya, juga memiliki nama keluarga atau marga. Penamaan marga suku Pakpak ini mungkin jarang sekali kita dengar seperti halnya suku batak. Nama marga suku Pakpak Bharat antara lain Berutu, Padang, Sinamo, Cibro, Solin, Baoangmanalu, Lingga, Tumangger dll. Penyebaran suku Pakpak berdasarkan komunitas nya dibagi menjadi 5 wilayah atau istilah nya Suak, yaitu :
·         Simsim, daerah Kabupaten Pakpak Bharat;
·         Keppas, daerah Kabupaten Dairi;
·         Pegagan, daerah Kabupaten Dairi, khusus kecamatan Sumbul;
·    Kelasen, daerah Tapanuli Utara, khusus kecamatan Parlilitan dan Kabupaten Tapanuli Tengah di kecamatan Manduamas; dan
·         Boang, daerah Aceh Singkil.

Untuk wisata alam, wilayah Pakpak Bharat menyajikan wisata panorama alam serta air terjun. Bentang alam yang berada di perbukitan menyajikan pemandangan yang sangat indah. Salah satu pemandangan indah yang dapat dinikmati dengan aksesibilitas yang sangat mudah dari Kota Salak yaitu di Sindeka (kompleks perkantoran). Selain perbukitan, persawahan yang ada di Kecamatan Siempat Rube menurut saya tidak kalah indah dengan yang ada di ubud. Persawahan ini terletak di jalan Provinsi Simpang Jambu – Kutajungak – Sigalingging Kab Dairi.
 
 
Hamparan sawah di Kecamatan Siempat Rube
 
Wisata air terjun, merupakan salah satu destinasi wisata yang menjadi andalan Kabupaten Pakpak Bharat. Tidak semua berhasil kami kunjungi, karena keterbatasan akses. Air terjun yang sempat kami kunjungi antara lain
Air Terjun Lae Mbilulue atau Sampuren Mbilulu yang terletak di Desa Prongil Kecamatan Tinada. Dari jalan provinsi Sidikalang – Salak jaraknya sekitar 4 Km melalui jalan Tinada – Prongil. Kemudian kendaraan roda empat/roda dua berhenti di lapangan parkir yang sudah tersedia cukup luas, dilanjutkan dengan berjalan kaki di jalan setapak sekitar 500 Meter menuju lokasi air terjun.Di lokasi air terjun ini  kalau beruntung kita akan melihat pantulan warna seperti pelangi. Lokasi wisata ini sudah dilengkapi dengan tempat duduk tangga dan jembatan penghubung sehingga memudahkan pengunjung untuk ber foto. 
 
Fasilitas tangga menuju air terjun Lae Mbilulu

Lae Mbilulu sudah menjadi destinasi wisata populer Pakpak Bharat
Beruntung Berhasil Melihat Pelangi
 



Air Terjun  Lae Una atau Sampuren Lae Una yang terletak di Desa Kecupak 1 Kecamatan Pergetteng-Getteng Sungkut (PGGS). Air terjun ini berada di sebelah barat Kota Salak berjarak sekitar 5 Km atau 10 menit. Debit air terjun ini cukup besar dan bermuara ke Sungai Lae Ordi. Pada saat kami kesana, belum ada fasilitas penunjang apapun. Air terjun Lae Una sebetulnya dapat dijadikan wisata terintegrasi dengan Mejan Manik yang berada dekat dengan pintu masuk. 
 

Air Terjun Lae Una di Desa Kecupak I


 Air Terjun Lae Sipitu-Pitu yang terletak di Kecamatan Pergetteng Sungkut. Menuju air terjun yang berjarak 12 Km dari Kota Salak,   terlebih dahulu melalui Jalan Provinsi Simpang Jambu – Kutajungak, kemudian masuk ke lokasi dapat melalui Desa Mungkur atau Desa Kutajungak. Dari kedua desa ini, menuju lokasi sekitar 3 Km. Tetapi sayangnya,   air terjun tujuh tingkat belum ada jaringan jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat ataupun roda dua.  

Air Terjun Tujuh Tingkat di Kecamatan Siempat Rube
Air Terjun Lae Sigambit di Desa Mahala Kecamatan Tinada. Jarak nya cukup jauh dari Salak, sekitar 17 Km, dan menuju air terjun ini dapat ditempuh melalui jalan Tinada – Mahala, kemudian masuk ke lokasi melalui Dusun Kuta Delleng. Desa Mahala, selain terdapat air terjun juga terdapat potensi wisata sejarah yaitu goa persembunyian Sisingamangaraja XII serta situs sejarah marga Saolin.

 
Air Terjun Sigambit di Desa Mahala - Kec Tinada
Selain potensi wisata yang diharapkan akan menjadi penggerak ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat, potensi ekonomi lainnya  adalah perkebunan Gambir.  Perkebunan Gambir terhampar di bagian barat Kabupaten Pakpak Bharat. Produksi gambir Pakpak Bharat ternasuk no 2 terbesar se-Indonesia setelah Sumatera Barat dan telah menjadi komoditi ekspor.  Pengolahan pasca panen langsung dilakukan di sekitar kebun  harus diolah sebelum 24 jam. Masyarakat mengolah nya dengan alat-alat yang sangat sederhana untuk menghasilkan gambir asalan sebagai bahan baku untuk kosmetik dan obat-obatan. Gambir asalan ini berbahan dasar daun dan ranting yang direbus, sedangkan daun yang kering dapat dijadikan teh. Saat ini, teh gambir telah di packaging oleh BUMD Kabupaten Pakpak Bharat dan menjadi oleh-oleh khas. 
 
Perkebunan Gambir yang tersebar di wilayah barat Pakpak Bharat

Daun dan ranting yang direbus untuk menghasilkan gambir asalan

Alat kempa untuk menghasilkan getah gambir

gambir asalan sebagai bahan baku obat dan kosmetik

 
Sementara itu, wilayah timur Pakpak Bharat potensi wilayahnya adalah pertanian tanaman pangan terutama padi sawah dan perkebunan jeruk. Jeruk Pakpak Bharat terkenal sangat manis, atau dikenal dengan jeruk madu. Jeruk ini kemudian dipasarkan ke  Subulussalam – Aceh  dan Berastagi untuk  kemudian dipasarkan ke wilayah lain di Indonesia. Selain penghasil jeruk, Pakpak juga terkenal penghasil durian, termasuk yang terbesar di Sumatera Utara. Durian khas Pakpak ini banyak ditemui di Jalan Nasional Sidikalang - Subulussalam Kecamatan STTU Jehe yang berbatasan dengan Kota Subulussalam – Aceh. 

Perkebunan Jeruk yang terhampar di bagian timur Pakpak Bharat
Tengkulak yang langsung menjemput jeruk di kebun
  
Menyenangkan bukan perjalanan kami 😍 ?  takkan terlupakan dan ntah kapan lagi saya bisa kembali kesini. 

 

No comments:

Post a Comment