Sunday, August 3, 2014

sahabat



Sejak memutuskan untuk membeli rumah dua tahun yang lalu, saya memiliki tanggung jawab untuk membayar cicilannya. So, konsekuensinya adalah saya harus lebih bijak dalam pengeluaran, mengurangi sifat konsumtif : D. Kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi rumah, maupun pengeluaran rutin sepenuhnya harus saya penuhi dengan usaha dan keringat sendiri. Selain itu, saya juga memiliki kewajiban untuk mengurus rumah sendirian.
Saya bekerja nine to five, jadi cuma punya waktu weekend untuk beres-beres rumah dan pekerjaan ibu rumah tangga lainnya seperti mencuci dan menyetrika. Saya manfaatkan waktu weekend untuk menyelesaikan urusan rumah tangga , agar pada saat weekdays saya tidak terganggu dengan aktivitas itu.
Pada saat itu, saya belum memiliki mesin cuci, dan saya beranggapan, saya masih mampu untuk mencuci manual. Jadi, pada hari sabtu, seharian saya full beres2 rumah dan mencuci dan diselingi masak (di tempat saya tinggal tidak ada tempat makan yang cukup enak, jadi saya memutuskan untuk memasak ketika diam di rumah). Pada saat hari minggu, saya gunakan untuk menyetrika dan kadang-kadang membersihkan rumput di taman dan belakang rumah. Praktis pada saat wiken saya sibuk dengan urusan pekerjaan rumah tangga, sehingga  kurang memiliki waktu bermain bersama sahabat-sahabat saya.

Dan...beberapa tahun kemudian setelah itu, saya tersentak kaget ketika seorang sahabat mengatakan bahwa pada saat-saat itu, saya dianggap menarik diri dari pergaulan. Demi Tuhaaaaan! saya tidak pernah ada niat untuk menarik diri, semua terjadi karena keadaan. Keadaan dimana weekdays saya sangat sibuk dengan pekerjaan kantor dan weekend saya sibuk dengan pekerjaan rumah. 

Kalimat menarik diri dari pertemanan ini bisa muncul karena kami merasa ada salah seorang sahabat yang sepertinya selalu menghindar diajak bertemu. Tetapi, dengan adanya dugaan sahabat saya tentang saya, pasti sahabat saya yang kami anggap sedang menarik diri itu punya alasan tersendiri, dan mungkin hanya dia sendiri yang hanya ingin merasakannya.
Semua kerinduan, semua pertanyaan, semua prasangka dan kesedihan  untuk sahabat saya itu, sekarang akan coba saya sikapi dengan bijak, akan coba saya tempatkan ketika saya berada di posisi-nya. Saya harus hargai sikap yang dia ambil dengan tidak memaksakan diri  untuk berusaha bertemu dengan-nya. dan saya yakin juga bahwa sahabat saya itu tidak ada niat untuk menarik diri, mungkin dia hanya butuh waktu untuk sendiri.
Selanjutnya, saya tidak tahu mau menulis apa, karena sejak ajakan terakhir untuk bertemu ditolaknya, saya hanya ingin menulis blog, menumpahkan kesedihan saya. Semoga semuanya baik-baik aja ya..we miss you much..