Tuesday, April 7, 2020

Vanimo, West Sepik Province, Kota Kecil di Perbatasan Indonesia – Papua Nugini


Tahun 2018 yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi Vanimo, Papua Nugini. Vanimo  merupakan kota kecil yang berbatasan langsung dengan Kota Jayapura, yang merupakan ibukota Provinsi Sandaun/West Sepik.  Saya masuk melalui gerbang Pos Lintas Batas Negara Skouw – Kota Jayapura. Saat itu Jembatan Youtefa masih tahap pembangunan, sehingga waktu tempuh dari pusat Kota Jayapura ke Skouw sekitar 2 jam. Tahun 2019 Jembatan Youtefa sudah dapat digunakan, dan memangkas waktu tempuh sangat signifikan, hanya 45 menit.  Setelah kita melewati imigrasi Indonesia di dalam suatu gedung yang sangat megah, kemudian memasuki taman yang terdapat patung Burung Garuda yang sangat besar, dan tibalah di pintu gerbang perbatasan. Pintu gerbang ini sebetulnya terbuka untuk umum sampai dengan jam 4 sore. Terdapat suatu area, yang secara kedaulatan sudah memasuki wilayah Papua Nugini, tapi kita pelancong boleh masuk. Wutung nama desa tersebut, disitu kita bisa berfoto dengan latar belakang pantai. Tersedia juga pedagang yang menjajakan pisang goreng dan sosis/bratwurst bakar. Sosis/bratwurst harga nya lebih murah di PNG,  mungkin karena akses yang lebih muda ke Australia sebagai negara produsen. Di area ini juga tersedia kendaraan umum menuju Vanimo, kendaraan semacam L300. Tetapi tidak sembarangan bisa menaiki kendaraan ini, karena terlebih dahulu harus melapor ke imigrasi untuk cap paspor dan visa.
Vanimo dari PLBN Skouw dapat ditempuh sekitar 45 menit. Setelah kita melewati pintu perbatasan Wutung, sekitar 5 menit kemudian, berhenti sejenak untuk  diperiksa di pos yang dijaga oleh milter PNG. Menuju Vanimo terlebih dahulu kita akan memasuki suatu kawasan perdesaan di pinggir pantai. Akses jalan tidak terlalu mulus dengan lebar sekitar 6 Meter. Di beberapa titik kita akan melewati jembatan dengan bentang pendek sekitar 50 M dan konstruksi beton, selain tumpukan gelondongan  kayu yang berukuran sangat besar. Melihat gelondongan kayu besar  seperti itu, dan merasa sedih. Karena itu pasti hasil membabat hutan. Kegiatan penebangan kayu memang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Papua Nugini. Vanimo sendiri terdapat beberapa perusahaan pengolahan kayu. 

jenis kendaraan umum Skouw - Vanimo dan kondisi jalan perbatasan PNG


kayu hasil penebangan yang menjadi ekonomi penggerak PNG
 
Sepanjang kiri kanan di kawasan permukiman , akan kita temui beberapa jongko yang menjajakan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sabun, minyak, snack kemasan. Barang-barang itu made in Indonesia, yang mereka dapatkan di Pasar Skouw. Pasar Skouw menjadi orientasi bagi masyarakat Vanimo sekitarnya, hampir seluruh barang seperti sembako, sampai alat elektronik di supply dari Indonesia. Permukiman yang berpola linier ini, sebagian besar  berbentuk panggung dengan konstruksi kayu dan beberapa masih beratap rumbia. Pusat kawasan ditandai dengan sebuah lapangan yang luas seperti lapangan sepakbola, sekolah (elementary school disini disebut SD  dan berseragam putih merah ) dan gereja. 

Permukiman linier sepanjang pantai dengan mayoritas rumah panggung

Lapangan terbuka sebagai sarana interaksi masyarakat di perdesaan

Kompleks pemakaman diantara permukiman tepi pantai
 
Setelah kurang lebih 45 menit, tibalah kami di Kota Vanimo. Kota kecil di pinggir pantai yang cantik. Vanimo memiliki ombak yang cukup besar tetapi stabil dan menjadi salah satu tujuan peselancar.Di tengah-tengah kota terdapat suatu tanjung yang berombak tenang. Kontur kota nya landai, kemudian berbukit. Dari atas bukit kita dapat menikmati pemandangan ‘kota bawah’. Permukiman umumnya di bangun di dataran yang lebih tinggi, sebaliknya pusat perdagangan dan pusat pemerintahan berada di dataran yang relatif landai, dekat dengan pantai. Permukiman di pusat Kota Vanimo sedikit berbeda dengan di perdesaan yang sebelumnya kami lewati, jarang sekali ditemui rumah panggung. Sebagian besar rumah sudah permanen, terdapat kelompok permukiman diatas bukit dengan arsitektur bergaya modern. Sementara itu rumah yang berada di ‘kota bawah’, beberapa tampak  beratap seng dan berdinding seng atau kayu. Konsep  neighborhood unit ini perdesaan  mengingatkan saya di Kampung Wallace Bay dan Mentadak, Sebatik – Malaysia, begitupun arsitektur rumah dan perkantoran  di pusat kota, seperti di kedua kampung tersebut. 


Pusat Kota Vanimo diantara dua tanjung

Pantai Kota Vanimo

Suasana di Kota Vanimo

Kantor Pekerjaan Umum -nya Sandaun Province
Sebagai ibukota Provinsi, terdapat lapangan terbang di Vanimo, yang melayani rute ke Kota-kota besar di PNG : Port Moresby, Madang dan Wewak. Hanya terdapat satu runaway, dan mungkin pesawat yang landing disini sejenis twin otter atau ATR. Kalau dibandingkan dengan di Indonesia,suasananya tidak berbeda jauh dengan bandara di Biak .  Tidak jauh dari bandara, kami menemukan suatu tempat yang  masih dalam proses pembangunan. Tampak bangunan rumah-rumah tunggal,  rumah deret berlantai dua, serta bangunan hotel yang arsitekturnya bergaya modern. Terdapat papan di kompleks tersebut dengan tulisan New Town Development . 
 
Bandara Kota Vanimo

Perumahan Baru di Pusat Kota yang masih tahap pembangunan

Lokasi Pembangunan  Kota Baru
 
 Beranjak kembali ke pusat kota, dan inilah bagian yang paling  menarik bagi saya. Pusat perdagangan ! Tidak terlalu banyak bangunan pertokoan, kalau ada waktu luang sebetulnya bisa kita hitung berapa jumlahnya. Ada satu bangunan pusat perbelanjaan, yang disekitarnya dikelilingi oleh pasar tradisional. Pasat tradisional tidak terlalu jauh kondisinya seperti di Indonesia, bangunan kaki-5 , dan sekali lagi kalau ada waktu cukup luang, jumlah jongko nya bisa kita hitung, saya perkiraan masih dibawah 50 unit. Tapi dari jongko-jongko tersebut, sulit sekali ditemui yang berjualan makanan. Malah sepanjang kunjungan kami, hanya satu warung tempat makan yang kami temui. Jangan bayangkan pasar seperti pasar di Indonesia yang mengelompok. Jongko-jongko tersebut berjejer sepanjang jalan di dekat pusat perbelanjaan. 
Pasar Tradisional masih didominasi PKL







Pusat Perbelanjaan Modern
Ada dua pusat perbelanjaan yang kami datangi, super market yang menjual segala ada, dari sembako, sayuran segar  dan frozen foods, pakaian sampai barang elektronik. Hampir 90% barang-barang made in Indonesia, dan beras dari Indonesia adalah yang terbaik disini.  Sisanya, daging sapi dan sosis dari Australia, beberapa frozen food dari China dan Thailand. Produk lokal (PNG)  yang saya temui yaitu telur dan sayur mayur. Kedua supermarket tersebut sangat ramai dan penuh, sempat terpikir oleh saya, konsumtif juga masyarakat Vanimo. Ternyata menurut info, mereka baru saja menerima gaji, sehingga hari itu waktu nya belanja. Masyarakat yang datang berbelanja, tidak hanya masyarakat kota Vanimo, tapi dari lokasi disekitarnya. Hal ini nampak dari angkutan masal yang berseliweran lewat. Angkutan masal tersebut adalah truk, yang dibelakangnya diberi penutup. Sangat jarang sekali saya menemukan mobil, hanya beberapa taxi yang lewat dengan jenis mobil sedan yang sudah tua. Mobil jenis lainnya yang lalu lalang berjenis jeep dan double cabin. Berada di pusat kota Vanimo ini, saya merasa suasana mungkin seperti  masyarakat Indonesia di tahun 60-an yang ditempatkan di suatu ruang modern. Karena, selain melihat moda transportasi masal yang berupa truk, disini kebanyakan masyarakat hanya beralaskan sandal jepit, dan beberapa terlihat tidak beralas kaki sama sekali. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan Kota Jayapura, pun dengan Koya Barat, sebuah kelurahan dekat perbatasan Skouw yang berkarakter periurban.




 Barang-barang made in Indonesia yang dominan di Supermarket


Bratwurst dan daging dari Australia
Truk sebagai sarana transportasi masal
 Perjalanan ke Vanimo ini sangat singkat, mungkin kurang lebih hanya 4 jam dengan perjalanan. Jadi, tidak sempat meng-eksplore lebih dalam. Serta foto-foto yang berhasil saya ambil, tidak terlalu bagus hasilnya. Selain pada saat itu cuaca mendung, malah sempat turun hujan. Karena keterbatasan waktu jualah  banyak foto yang saya ambil dari dalam kendaraan.

No comments:

Post a Comment