Wednesday, April 2, 2014

tentang kopi

kopi...
dulu jenis minuman itu haram masuk perut saya, karena pasti akan membuat lambung bergejolak. Bukan hanya merasa perut tidak nyaman, tetapi akan membuat saya muntah...ya, ini disebabkan saya memang mengidap maag yang hampir akut. Efek samping yang paling parah yang pernah saya rasakan adalah jantung berdebar-debar sampai tidak bisa tidur semalaman. Itu terjadi ketika saya penasaran ingin mencicipi kopi aceh. Secara, ketika tinggal di Banda Aceh, warung kopi adalah tempat saya ber-social life...Masa datang ke warung kopi, pesanan saya teh botol? hahaha..

Reaksi tubuh saya terhadap kopi tersebut, membuat saya sangat anti terhadap kopi. Tetapi, social life  di warung kopi tetap saya jalani. Tetap, saya hanya mampu minum teh, baik itu teh botol, es teh, lemon tea atau teh susu.
Setelah tugas saya di banda aceh berakhir, saya kembali ke tanah Jawa. Social life di warung kopi tidak saya temukan lagi di Bandung dan Jakarta, disini lebih terkenal dengan cafe. Kemudian, ngafe bagi saya adalah minum coklat atau teh dengan berbagai varian-nya. Karena saya merasa, badan saya belum sanggup untuk minum kopi.

Saya lupa persisnya sejak kapan, kemudian saya mulai minum kopi. Yang saya ingat pasti adalah karena suatu tugas, saya kembali ke kota Banda Aceh. Di suatu warung kopi, saya memesan sanger. Sanger adalah varian  minuman kopi di Aceh, kopi susu dengan campuran susu hanya 1/3-nya dibanding kopi. Motif saya memesan sanger, karena penasaran saja, dan masa sih saya datang ke Aceh tidak mencicipi kopi-nya yang sangat terkenal itu. Dan ajaib, reaksi lambung saya baik-baik saja ..:)

Selanjutnya, uji nyali berikutnya ketika saya berkunjung ke Palembang. Sebelumnya saya pernah melihat tayangan di sebuah televisi tentang kopi pagar alam yang terkenal ni'mat juga rasanya. Lagi-lagi saya penasaran, dan ketika ke Palembang saya cari warung kopi yang menyajikan kopi itu.Beruntung saya berhasil menemukannya, dan memang rasanya sangat ni'mat dan ajaib juga, tidak ada reaksi apapun dengan lambung saya.

Minum kopi , kemudian menjadi agenda saya kalau mengunjungi suatu kota dengan produk kopi terkenal. Tetapi, ternyata tidak semua kota yang terkenal kopi-nya terdapat warung kopi tradisional seperti di Aceh. Ini saya temukan di Kota Bandar Lampung. Saya meminta tolong kepada sopir mencari warung kopi yang khusus menyajikan kopi lampung, putar-putar ke sekeliling kota, tidak saya temukan yang saya mau.

Kemudian, ketika ngafe pilihan saya tidak hanya coklat atau teh, saya sudah berani untuk pesan latte, mocachino, atau capucino. Tetapi, saya membatasi diri bahwa ngopi hanya sebatas ketika ber-social life. Tidak membiasakan diri dengan menyimpan stok di rumah atau ngopi ketika di kantor.

Hal lain tentang kopi, bagi saya kopi adalah aceh. Karena social life di warung kopi adalah ketika saya tinggal di banda aceh. Dan saat ini, setelah saya tidak tinggal di Aceh, social life saya di Jakarta dan Bandung adalah bersama teman-teman yang saya kenal di aceh dan pernah bercengkerama di warung kopi. Dan makna yang terpenting lainnya adalah, saya pernah jatuh cinta di warung kopi....persis seperti lagu Landon Pigg, falling in love at a coffee shop..:)




2 comments: