Thursday, January 16, 2014

Perjalanan ke Perbatasan Negara (2) : Sebatik



Penyeberangan resmi dari Nunukan menuju Sebatik melalui Pelabuhan Sei Jepun yang berada di Kecamatan Nunukan Selatan. Menggunakan speed boat dengan kapasitas penumpang max 10 orang dan dapat ditempuh sekitar 25 - 30 menit. Memasuki Pulau Sebatik melalui Dermaga Binalawan yang berada di Kecamatan Sebatik Barat. 


Dermaga Binalawan - Sebatik

 Outlet resmi sebagai pintu keluar masuk Sebatik tidak hanya dermaga kecil ini. Menuju Nunukan, dapat melalui Dermaga Bambangan yang juga berada di Kecamatan Sebatik Barat. Pelabuhan yang dituju yaitu Pelabuhan Tunontaka serta dermaga-dermaga kecil di sekitarnya. Waktu tempuh menuju Nunukan lebih pendek yaitu sekitar 15-20 menit.     

Dermaga Blambangan  - Sebatik


Pelabuhan besar berada di Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur. Pelabuhan ini dahulunya merupakan pelabuhan penyeberangan menuju Tawau – Malaysia. Tetapi sejak awal tahun 2013, Pemerintah Bagian Negara Sabah, tidak berkenan untuk menerima kapal yang berasal dari Pelabuhan Sei Nyamuk. Dengan alasan rawan penyeludupan barang dan manusia, Pemerintah Malaysia hanya berkenan menerima  kapal yang berasal  dari Pelabuhan Tunontaka di Nunukan.
Untuk sebuah pelabuhan penyeberangan lintas negara, Pelabuhan Sungai Nyamuk memang tidak layak. Dermaga sepanjang ± 2 Km masih dengan konstruksi kayu. 
Syarat suatu pelabuhan penyeberangan adalah adanya  fasilitas kantor imigrasi, kantor bea cukai, fasilitas karantina dan fasilitas keamanan atau yang disebut CIQS. Pelabuhan Sei Nyamuk memang sudah memenuhi unsur itu, tetapi tidak memiliki fasilitas x-ray. Sehingga tidak dapat mengontrol arus keluar masuk barang. 


Dermaga kayu di Pelabuhan Sei Nyamuk


Salah satu Fasilitas CIQS di Sei Nyamuk - Sebatik

 Penutupan Pelabuhan Sei Nyamuk sebetulnya sangat menyulitkan warga masyarakat Pulau Sebatik. Karena, untuk menuju ke Tawau mereka harus menuju ke Nunukan terlebih dahulu.  Konsekuensinya adalah  ongkos transportasi yang lebih mahal. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat Sebatik memang sangat tergantung dari Tawau. Hampir 90% kebutuhan pokok masyarakat dipasok dari Tawau. Tabung gas elpiji pun ber-merk Petronas, dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan elpiji Pertamina. Sepanjang saya mengamati arus barang masuk ke Sebatik dan mengamati stok barang-barang baik di pasar tradisional maupun minimarket, barang buatan Indonesia hanya mie instan dan rokok. 

Kebutuhan pokok yang dipasok dari Malaysia

 
Luas Pulau Sebatik berdasarkan data dari Kantor BPS Kabupaten Nunukan yaitu 27.390 Ha. Penggunaan lahan didominasi oleh tanaman perkebunan seperti coklat dan tanaman buah-buahan. Hanya terdapat sedikit sekali sawah. Sudah mulai terjadi alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Hasil-hasil perkebunan tersebut, hampir seluruhnya dijual ke Malaysia. Kecuali  sebagian sawit yang berada di  Sebatik bagian barat diperuntukan untuk pabrik CPO yang berada di tempat itu. 


Perkebunan sawit yang telah merambah Sebatik

Kelapa dan pisang, komoditi unggulan dari Sebatik

Pusat pelayanan Pulau Sebatik berada di Sei Nyamuk. Selain Pelabuhan Sei Nyamuk, fasilitas pelayanan yang ada yaitu Bank dan ATM (BNI, Mandiri, BRI dan Bank Kaltim), pasar tradisional dan pusat perbelanjaan (mini market). Selain itu, terdapat 2 unit penginapan. Tipologi permukiman penduduk, yaitu linier sepanjang jalan utama , berkelompok dan tersebar diantara perkebunan.
Selain bercirikan agraris, penduduk Sebatik sebagian juga adalah nelayan. Sehingga, tersebar perkampungan nelayan sepanjang garis pantai. Sebagian besar kondisi permukiman nelayan tersebut sangat jauh dari standar kelayakan. Sangat minim infrastruktur seperti sanitasi dan air bersih. Jembatan jerambah sebagai alat pengubung antar perumahan dan menuju dermaga, banyak yang dalam kondisi rusak. 


Sarana MCK di salah satu permukiman terapung di Sei Pancang

Lain halnya dengan permasalahan permukiman di pedalaman. Jalan desa sebagai penghubung antar kampung maupun menuju tempat mencari nafkah kebanyakan masih berupa agregat (tanah dan kerikil). Beberapa dusun terisolir karena belum ada jalan. Bahkan, ada dusun yang harus melewati tempat yang sudah masuk ke negara Malaysia untuk menuju ke jalan utama. Jalan utama sendiri berupa jalan lingkar Sebatik yang kondisinya sudah bagus beraspal hotmix. 


Permukiman yang terisolir di Sei Limau

Sepanjang saya blusukan ke kampung nelayan dan pedalaman, dapat dikatakan bahwa warga di perbatasan masih jauh dari sejahtera. Sebagian besar rumah bertipe temporer dengan infrastruktur permukiman yang minim.  Bahkan ada beberapa desa yang belum teraliri listrik. Untuk kebutuhan penerangan, hanya berasal dari mesin jenset dan menyala hanya beberapa jam saja pada malam hari. 

Kebetulan saya berkesempatan mengunjungi desa di wilayah Sebatik Malaysia. Keadaan permukiman penduduk di Kampung Mentadak dan Wallace Bay, tidak jauh seperti yang ada di  Kota Tawau. Bersih dan rapih. Tipe rumah sebagian besar rumah panggung, dan kolong digunakan untuk ruang yang lebih bermanfaat. Hampir seluruh rumah telah memenuhi unsur kelayakan, lengkap dengan sistem sanitasi yang sehat. Air bersih dan gas gratis, disubsidi oleh pemerintah. Listrik hanya membayar 3 bulan sekali dengan biaya yang  sangat murah. Kebutuhan dasar penduduk telah dipenuhi oleh Pemerintah Malaysia. Selain sekolah dan  klinik kesehatan, di pusat kampung terdapat lapangan sepakbola lengkap dengan tribun penonton. Yang mengejutkan, di dekat lapangan bola tersebut terdapat Perpustakaan Desa. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah, ada warung makan yang sangat biasa sekali,  tetapi sudah ada fasilitas WIFI. Bandingkan dengan WIFI di hotel tempat saya menginap di Sei Nyamuk, sampe putus asa saya mencari sinyal. 


Permukiman di Kampung Mentadak - Sebatik  Malaysia


Perpustakaan Desa di di Kampung Mentadak - Sebatik  Malaysia

Kampung Mentadak dan Wallace Bay, bukan merupakan kampung nelayan. Tetapi letak geografis kedua kampung ini menghadap ke perairan. Sehingga, di beberapa tempat terdapat dermaga. Kebanyakan dermaga tersebut merupakan sarana transportasi menuju ke Kota Tawau. Ada satu dermaga yang saya amati. Dermaga tersebut terbuat dari kayu jerambah. Terdapat beberapa rumah terapung di sepanjang dermaga. Kondisi lingkungan di sekitar perumahan terapung itu, sangat jauh sekali dengan apa yang ada di Sebatik Indonesia, bersih, hijau bahkan nyaris tidak ada sampah.


Perumahan terapung di Kampung Mentadak - Sebatik  Malaysia
 
Sesungguhnya masyarakat di Pulau Sebatik dahulu merupakan satu kesatua kekerabatan. Karena intrik politik, menyebabkan mereka menjadi terpisah. Tetapi sayang-nya, masyarakat yang berada di wilayah teritorial Malaysia kondisi-nya lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia. Selain menggantungkan pemenuhan kebutuhan pokok dan pelayanan kesehatan ke Kota Tawau, beberapa masyarakat Sebatik Indonesia bekerja di Tawau dan menjadi penduduk penglaju. Perlakuan warga negara kita oleh aparat malaysia memang sungguh menginjak-nginjak harga diri. Saya menjadi saksi bagaimana ketatnya masuk dan keluar dari Pelabuhan Tawau. Aparat petugas disana berteriak lantang  dan galak untuk mengatur arus manusia. Antri tidak berlaku disana untuk warga negara Malaysia. Tinggal berkata “saya orang malaysia“, maka akan didahulukan masuk. Dalam proses transaksi jual beli, harga produk dari Indonesia dapat seenaknya dipermainkan. Petani dan nelayan, sudah barang tentu tidak berdaya melawan-nya. 

Itulah kenyataan dari suatu wilayah yang telah ditetapkan sebagai “kawasan strategis nasional yang pembangunan-nya diprioritaskan”. Telah banyak studi yang membahas rencana penataan, strategi percepatan pembangunan, rencana action plan, bahkan kepada studi-studi detail.  Tetapi sayang-nya hanya berupa buku yang tersimpan rapi di kantor proyek. Tapi mudah-mudahan, upaya percepatan pembangunan kawasan perbatasan segera terealisir. Pemerintah sudah ber-itikad baik dengan mengalokasikan dana sekitar 9,7 Triliun pada TA 2014  untuk pembangunan infrastruktur di  kawasan perbatasan. Kita tunggu...;-)

4 comments:

  1. Halo retna!
    Artikel travel jurnalis yg sangat menarik sekali bagiku.
    Aku sendiri jg punya rencana utk men-cover daerah2 "ujung" atau "road less traveled" seperti Sebatik ini, yg nantinya aku ceritakan di blog.

    Kalo bole minta sarannya, kira2 transportasi apa ya yg paling efisien utk mencapai P. Sebatik?
    Nanti aku rencana mau berangkat ke sana dari Berau, Tj. Redeb, Kaltim.
    Thanks in advance!
    Your article really inspiring..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo george, maaf baru balas... Saya baru kembali dari menelusuri pantai utara sulawesi utara, keren sekaaliii.... 😍😍
      Saya tdk tau apa ada kapal yg langsung dr tj redeb ke sebatik...tp mungkin kmu bs ke tarakan dl via kapal trs dlanjut ke sebatik..
      Sy tdk tau pasti jg apa dr tarakan ada kapal yg langsung ke sebatik. Tp yg pasti, sy prnh naik kapal dr tarakan ke nunukan.
      Ok, semoga bermanfaat yaaa... ☺

      Delete
    2. Tentu, sangat bermanfaat. I really appreciate it!

      Dari yg udah kamu jelasin di artikel di atas, bahwa ga bisa ke Tawau dr Sebatik karena migrasi Sei Nyamuk tutup. Jadi harus ke Nunukan dulu deh...

      Oya, kamu keliling Sebatik sewa kendaraan apa dan tempat sewanya di mana?
      Kalo misalnya sewa motor, bisakah aku bawa nyebrang negara ke Mentadak n Wallace Bay?

      "It's not just about the destination, but the journey"

      Delete
    3. Kmi berkeliling sebatik sewa mobil di dermaga binalawan. Akan terlihat banyak mobil berjejer dan itu untuk disewakan.
      akses ke mentadak hanya bs dilalui oleh motor, kmi menyewa nya dr penduduk di sekitar dermaga bambangan.
      Saran sy, kl mau ke mentadak hrs drencanakan sehari sebelumnya. Minta antar ke warga yg sdh sering ksana+sewa motor beliau. Kl sy wkt itu, difasilitasi oleh staf kecamatan sebatik barat untuk bs kenal dg warga yg bs mengantar ☺

      Delete