Tuesday, January 8, 2013

Aceh, Tsunami, Warung Kopi dan CCers !



Suatu pagi ketika saya sedang sarapan dengan menu potato wedges dan scrambled egg, tiba-tiba terkenang ketika saya tinggal di Banda Aceh. Mungkin pada saat itu  kondisi-nya sama, sedang tinggal sendirian di rumah, dan saya memasak dengan bahan seada-nya yang ada di rumah.  Kemudian, pikiran saya menerawang ke belakang, di  awal tahun 2009. Pada saat itu, kontrak kerja saya dengan salah satu lembaga donor German telah berakhir, tetapi saya masih harus tinggal di Banda Aceh, karena harus menyelesaikan sekolah.
Sebenarnya saya tidak tinggal sendirian, kami tinggal ber-tiga mengontrak rumah di Jalan Beurawe. Tetapi pada saat itu, Dedes sedang pulang ke Bandung dan Iday sedang jalan-jalan ke Malaysia.
Saya punya sifat senang tinggal di rumah, diam di dalam rumah. Keluar hanya sampai teras, untuk menyapu lantai. Malah pernah satu minggu, keluar teras pun tidak. Oleh karena itu, saya punya stok bahan makanan, maksimal untuk satu minggu. Dan kebetulan, di jalan depan sebelah rumah kami, ada swalayan tema western yang menyediakan bahan makanan yang beku maupun fresh.

Dan kemudian, terkenang-kenang kembali kehidupan yang sangat menyenangkan di Kota Banda Aceh, apalagi pada malam sebelumnya sebuah stasiun televisi menayangkan 8 tahun peristiwa tsunami, yang membuat saya meneteskan air mata menontonnya. Saya tidak mengalaminya, tapi memang pada saat peristiwa terjadi, saya sedang berada di Kota Padang dan merasakan getaran gempa-nya. Karena peristiwa tsunami pula, nasib membawa saya ke Aceh dan menjadi suatu bagian dari suatu komunitas yang menyenangkan. 

Semuanya berawal dari warung kopi (Aceh sampai saat ini terkenal dengan julukan : Kota Seribu Warung Kopi).... dan akhirnya menjadikan warung kopi sebagai tempat berkumpul favorit. Sedikit terlambat memang saya mengenal mereka. Pada saat itu adalah dalam masa2 end of contract  dengan lembaga donor German yang telah mengontrak saya selama 3,5 tahun. 
 
  Hari-hari berikutnya di Aceh saya lalui bersama mereka dengan tawa dan canda. Tempat yang wajib adalah warung kopi, tempat  berikutnya adalah pantai, kadang2 bersepeda atau naik motor ke tempat wisata dan pasti titik kumpul akhirnya adalah warung kopi.  Kebersamaan yang paling menyenangkan adalah pada saat Bulan Ramadhan. Kami melakukan safari sholat taraweh dari satu masjid ke masjid lainnya, dan setelah shalat taraweh usai, kami berkumpul di warung kopi !
 
dan karena tesis saya telah selesai, dan sayang-nya tidak ada alasan untuk bertahan di Aceh, saya akhirnya saya harus meninggalkan Kota Banda Aceh setelah 4,5 tahun melewatkan suka duka disini. Pada saat farewell party dengan teman-teman, tidak henti2nya air mata ini mengalir begitu deras.... pun ketika saya berada di Bandara Sultan Iskandar Muda. Padahal pada saat itu, saya sengaja pergi sendirian ke bandara, tidak mau diantar teman-teman, karena tidak mau air mata ini tumpah kembali. Tapi, benar-benar tak kuasa menahan air mata ini.



dan air mata ini pun kembali mengalir deras, ketika dua tahun kemudian, saya mendapat tugas ke Kota Banda Aceh. Pada saat di bandara akan kembali ke Jakarta, kembali tumpah ruah air mata ini. 
dan hanya selama 3 malam di Kota Banda Aceh, pastinya saya tidak mau melewatkan kebersamaan dengan teman-teman disana. Dari bandara langsung meluncur ke warung kopi !

Sungguh suatu pertemanan yang sangat mengasikan. Dimana pun kami berada, Jakarta, Bandung, Jogja, Medan...kalo ada kesempatan ngumpul, pasti selalu menyempatkan berkumpul. Apalagi dengan kemajuan teknologi sekarang, kami masih bisa tetap berkumpul di Whatsapp, dan dengan hanya satu kekurangan, kopi ! hihihi...

Terima kasih CCers...saya bangga menjadi bagian dari kalian. Semoga kita semuanya bisa bernostalgia, kumpul semua di warung kopi di Kota Banda Aceh ! Aamiin..

3 comments:

  1. @ mba susi : mari ke aceh mba, indah banget !
    @ molly : waktu farewell gw, elu kabur duluan sih, hiks..

    ReplyDelete