Membaca berita-berita tentang
tsunami Aceh terkadang masih membuat mata ini berkaca-kaca. Pun tulisan seorang
jurnalis BBC Indonesia dalam majalah National Geografic Indonesia edisi
Desember 2014. Pada bagian awal, dengan sub judul Kenangan Tak Terlupa,
jurnalis tersebut menulis kata-kata ini : “Ada rasa sedih yang tersisa setiap
teringat bencana tsunami Aceh, tetapi hidup tidak melulu terserap dengan masa
lalu”.
Ya, siapa pun yang pernah ke aceh
pada saat setelah tsunami pasti akan merasakan hal yang sama, selalu sendu
mengingatnya dan pasti menjadi suatu kenangan yang terlupa. Begitu pun yang
terjadi pada saya, hampir 5 tahun saya tinggal di Aceh dan itu merupakan salah
satu episode terbaik dalam hidup saya.
Mungkin keberadaan saya di Aceh
tidak sehebat teman-teman relawan yang ikut mengevakuasi korban tsunami. Saya menginjakan
kaki di Aceh pada bulan Agustus 2005, delapan bulan setelah kejadian tsunami. Sudah
pasti bahwa pada saat itu sudah tidak ada lagi mayat yang harus di evakuasi. Tetapi
rekonstruksi belum dimulai. Di beberapa wilayah yang terkena dampak, masih rata
dengan tanah. Rasa getir begitu terasa ketika mengunjungi pantai lhoknga, dimana
lautnya menjadi pusat gempa berkekuatan 9,3 SR.
|
Agustus 2005 - Perkampungan di sekitar terdamparnya kapal PLTD Apung |
|
Agustus 2005 - Berada di atas kapal PLTD Apung yang terdampar 3 km dari tempat bersandar |
|
November 2005 diantara reruntuhan rumah di Desa Baet - Aceh Besar |
Tugas saya di Aceh yaitu menjadi
fasilitator CAP. CAP Team berada di bawah naungan GTZ yang merupakan sebuah
lembaga donor milik pemerintah Federal
German. Penamaan CAP Team berasal dari Community Action Planning (CAP) yaitu sebuah metoda bottom up planning untuk
menyusun rencana aksi suatu kawasan. Metode CAP yang diterapkan di Aceh dalam
rangka perencanaan permukiman bersifat rapid planning. Pada saat itu, donor
telah menyiapkan dana untuk pembangunan rumah bagi korban tsunami. Sebagai landasan
pembangunan perumahan, maka disusunlah dokumen rencana dengan menggunakan metoda
CAP. Hampir sebagian besar lokasi yang akan dibangun telah rata dengan tanah,
sehingga sulit untuk menentukan batas-batas kepemilikan lahan. Community Action
Planning kemudian dipilih sebagai metoda perencanaan. Perencanaan dilakukan
bersama-sama dengan masyarakat diatas sebuah maket sederhana untuk menunjukan dimana
letak rumah. Selain itu dilakukan list permasalahan dan solusi serta prioritas
pengambilan keputusan. Bersama-sama dengan masyarakat juga merancang desain
rumah yang mereka inginkan. Selain itu, dilakukan juga manajemen bencana, yaitu
menentukan jalur evakuasi serta escape building atau escape hill untuk
menyelamatkan diri ketika tsunami datang menerjang.
|
Bekerja di atas maket |
Kegiatan perencanaan bersama
masyarakat itu biasanya dilakukan di meunasah (tempat berkumpul masyarakat
untuk bermusyawarah, tempat belajar mengaji, tempat ibadah yang biasanya
merupakan focal point dari suatu permukiman di Aceh) di tengah-tengah barak penampungan atau di
bangunan mushola/masjid yang masih utuh. Memang suatu mukjizat Allah tentang
keberadaan beberapa masjid yang masih tegak berdiri pada saat diterjang tsunami.
|
bermusyawarah di dalam mushola yang masih utuh |
|
Bermusyawarah di meunasah di barak penampungan |
Terdapat keunikan lokasi tersendiri
ketika kami melakukan kegiatan perencanaan di beberapa lokasi di Kota Banda
Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Utara. Di Kabupaten Pidie, yaitu di Gampong (desa)
Pasilhok Kecamatan Kembang Tanjung lokasi ini sangat menarik. Terdapat suatu
lokasi dengan tata ruang yang khas. Terdapat masjid tua dan disebelahnya
terdapat bangunan yang berfungsi untuk musyawarah warga. Keberadaan masjid tua
yang ukurannya kecil tetap dipertahankan, masjid baru dibangun di belakang.
Terdapat juga balai yang diperuntukan sebagai lokasi anak-anak belajar mengaji.
Kompleks masjid ini tidak persis berada di bibir pantai, berada di seberang
jalan pantai dan berada di belakang perumahan yang pada umumnya bertipe
panggung. Sehingga pada saat tsunami menerjang, kompleks bangunan masjid tua
tidak mengalami kerusakan yang cukup berarti.
|
Kompleks masjid tua di Gampong Pasilhok- Pidie yang terselamatkan dari terjangan tsunami |
|
Oktober 2005 Beberapa bangunan yang rusak di Desa Jumerang - Pidie |
Lokasi lainnya yang menarik
menurut saya, yaitu Gampong Kuala Kereto Barat, Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten
Aceh Utara. Konon ceritanya, pada jaman Belanda, desa ini merupakan lokalisasi penderita kusta.
Memang pada saat kami kesana, beberapa orang terlihat sebagai penderita kusta. Desa
ini habis tersapu tsunami. Caritas Germany bekerja sama dengan CAP – GTZ melakukan
rekonstruksi di desa ini. Kami melakukan semacam land consolidation disini. Warga
yang dahulu tinggal persis di bibir pantai, bersedia untuk dipindahkan ke
lokasi yang lebih aman. Bersama-sama dengan masyarakat, kami menyusun suatu
site plan, untuk meletakan fasilitas dan membagi kavling dengan ukuran yang
sama rata. Desain rumah juga dibuat sesuai dengan keinginan masyarakat. kegiatan
perencanaan bersama dengan masyarakat ini dilakukan pada bulan Februari tahun
2006. Pada tahun baru 2007, bersama dengan seorang teman arsitek yang merancang
rumah, kami kembali kesana untuk melihat perkembangan. Betapa takjub kami
dibuatnya, karena pembangunan telah selesai dan sama persis sesuai dengan
rencana yang kami buat. Bagi saya seorang planner, pembangunan yang sesuai
dengan site plan yang saya buat merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
|
Februari 2006 merancang bentuk rumah di Ganpong Kuala Kereto Barat- Aceh Utara | | | |
|
|
|
|
|
Januari 2007 - Permukiman baru Gampong Kuala Kereto Barat - Aceh Utara |
Pengalaman yg sungguh menyenangkan , mmberi banyak arti & manfaat dlm kehidupan . bukan musibah nya yg di sanjung , tetpi kesabran dan hikmah dari musibah ini yg patut untuk dipuji dan punya arti .Nice story
ReplyDelete