Ternate, Tidore dan Halmahera
adalah pulau-pulau yang termasuk ke dalam Kepulauan Maluku. Tahun 1999, melalui
Undang-undang No 46, pada era pemerintahan Presiden BJ Habibie, pulau-pulau itu termasuk ke dalam Provinsi
Maluku Utara, pemekaran dari Provinsi Maluku. Kota Ternate, didaulat menjadi
ibukota Provinsi Maluku Utara sementara, sebelum Sofifi yang berada di Pulau
Halmahera siap sebagai ibukota provinsi. Kota Sofifi sendiri merupakan sebuah
kecamatan (Oba Utara) yang berada di bawah administrasi Kota Tidore Kepulauan.
Tahun 2010, Presiden Susilo Bambang
Yudoyono meresmikan Kota Sofifi sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara sekaligus
meresmikan pembangunan infrastruktur seperti gedung perkantoran pemerintah
provinsi dan instansi vertikal. Lima tahun kemudian, tahun 2015 Presiden Joko
Widodo kembali mencanangkan pembangunan Kota Sofifi, sebagai salah satu ‘Kota
Baru” di wilayah Indonesia bagian timur.
|
Kantor Gubernur Provinsi Maluku Utara |
|
Kantor DPRD Provinsi Maluku Utara |
|
Kompleks Perkantoran Pemprov Maluku Utara di Kota Sofifi |
Sofifi sebagai ibukota Provinsi
memiliki beban sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, yang memilki fungsi selain
sebagai pusat pemerintahan provinsi, juga sebagai simpul transportasi dan
kegiatan perkotaan skala provinsi. Sofifi sendiri merupakan pintu gerbang
menuju Pulau Halmahera. Selain terdapat pelabuhan penyebrangan ferri, juga
terdapat pelabuhan penyebrangan Speed menuju pulau-pulau di Maluku Utara dan pelabuhan
barang kelas pengumpul. Konektivitas antar wilayah di Pulau Halmahera tidak
menjadi kendala.Menuju Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera
Selatan, Halmahera Barat dan Halmahera Tengah dapat ditempuh via darat melalui
jalan Trans Halmahera.
Perkembangan Kota Sofifi,
sebetulnya diharapkan dari aktivitas perkantoran dengan bermukimnya para
pegawai pemerintah provinsi dan instansi vertikal di Sofifi. Tetapi sebagian
besar pegawai masih melakukan komuter dari Ternate. Walaupun demikian, geliat
ekonomi yang menjadi salah satu indikator perkembangan kota, perlahan demi
perlahan mulai berdenyut. Pasar Galala
dan koridor perdagangan Galala menjadi pusat kegiatan ekonomi. Bangunan
ruko modern menyatu dengan bangunan-bangunan yang masih semi permanen. Toko
serba ada, elektronik, pakaian menyatu dengan rumah makan yang sebagian besar khas
Pulau Jawa. Sudah berdiri satu-dua cafe yang menyediakan minuman dan makanan
ala cafe-cafe di kota besar dan menyediakan hiburan seperti live music, karaoke
dan bilyar. Jasa-jasa service seperti bengkel, laundry, salon
tidak akan sudah dicari. Begitu pula dengan
Bank dan ATM, tidak hanya Bank BRI unit desa
yang menjadi ciri khas bank di wilayah perdesaan, tetapi sudah ada Bank
BNI, Mandiri serta Bank Maluku. Lembaga keuangan mikro pun sudah ada, beberapa
lising serta pegadaian. Sudah ada embrio kegiatan tersier lainnya yaitu
pengemasan Semen Tonase dari pabrik utama di Sulawesi Selatan.
|
Koridor Perdagangan Galala |
|
Pengemasan Semen Tonase di selatan Kota Sofifi |
Pencanangan kembali Kota Sofifi
sebagai Kota Baru memang cukup
berpengaruh,
selain nampak dari mulai tumbuhnya kegiatan ekonomi, juga dari jumlah penduduk.
Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk Sofifi tahun 2015 yaitu 15.969 jiwa,
dua tahun berikutnya yaitu tahun 2017 meningkat menjadi 17.339 jiwa.
Pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 – 2017 mencapai 6,56%. Angka ini menjadi
suatu keoptimisan bahwa Sofifi perlahan demi perlahan akan tumbuh menjadi
sebuah kota sesuai dengan fungsi nya sebagai ibukota provinsi. Pembangunan
fasilitas dan infrastruktur terus digenjot untuk dibangun. Fasilitas kesehatan
yang telah ada yaitu RSUD dengan fasilitas yang terus ditingkatkan. Fasilitas
pendidikan sudah ada sampai pendidikan tinggi yaitu
Kampus Universitas Ibnu Khairun di Kec.
Jailolo Selatan, Universitas Bumi Hijrah yang sedang membangun kompleks kampus
baru. Selain itu, Pemerintah Provinsi terus berupaya menghidupkan Sofifi dengan
mendirikan Sekolah Menengah Atas Khusus Olahraga Maluku Utara, selain telah ada
sekolah kejuruan (SMK N 5 Tidore Kepulauan).
|
RSUD Kota Sofifi |
|
SMA Khusus Olaharga Prov Maluku Utara |
|
Kampus Universitas Ibnu Khairun di yang terletak di utara Kota Sofifi |
Sementara itu, Pulau Tidore merupakan
ibukota dari Kota Tidore Kepulauan dalam sistem perkotaan nasional memiliki
hirarki yang sama dengan Kota Sofifi, sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Menuju
Tidore dari Ternate menggunakan speed boat ditempuh hanya kurang dari 10 menit.
Pemerintah saat ini sedang mengkaji kelayakan pembangunan jembatan Ternate –
Maitara – Tidore dalam rangka meningkatkan konektivitas serta pertumbuhan
ekonomi. Struktur perekonomian Kota Kepulauan Tidore masih didominasi oleh
sektor primer, yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan. Kontribusi sektor ini
terhadap produk regional bruto sekitar 26%. Kota Kepulauan Tidore sebetulnya
memilki potensi pariwisata yang diharapkan akan dapat menjadi pendongkrak
perekonomian wilayah. Pulau-pulau kecil di sekitar Tidore menawarkan wisata
bawah laut yang indah untuk menyelam atau sekedar snorkeling.
Pulau Tidore sendiri memilki lokasi wisata
sejarah dan budaya. Kesultanan Tidore yang berdasarkan catatan sejarah telah
ada sejak Abad ke 10
sampai hari ini
masih mempertahankan eksistensinya. Walaupun eksistensinya hanya dalam bentuk
struktur KesultananTidore , tidak memiliki hegemoni kekuasaan, seperti layaknya
Kesultanan Yogyakarta. Tetapi, pemerintah kota otonom kerap meminta masukan
kepada Sultan terkait kebijakan yang akan diambil. Kedaton/Keraton Kesultanan
Tidore masih berdiri kokoh dan menjadi lokasi wisata, dimana di dalam istana
sultan itu dipamerkan singgasana sultan, bendera kerajaan, baku-baju adat,
foto-foto pada era kemerdekaan serta replika kapal-kapal kora-kora yang berhasil
membuat Belanda mundur dari tanah Maluku Utara.
|
Kedaton Kesultanan Tidore |
|
Singgasana Sultan Tidore |
|
Replika Kapal Kora-kora sebagai armada perang Kesultanan Tidore |
Ya Tidore memang sangat lekat dengan
perjuangan memperebutkan kemerdekaan. Tidore merupakan salah satu wilayah
penghasil rempah-rempah yang menjadi incaran para pedagang dari Eropa pada abad
ke 16 – 18. Para pedagang dari Spanyol, Portugis dan Belanda pernah berebut
kekuasaan di wilayah ini. Bukti sejarah hadirnya bangsa asing di Tidore yaitu
keberadaan benteng pertahanan. Benteng Tahula merupakan benteng yang didirikan
Bangsa Spanyol pada tahun 1610. Saat itu terjadi perang Ternate – Portugis
melawan Tidore, dan Sultan Tidore meminta bantuan Spanyol untuk mengusir
Portugis dari Tidore. Benteng lainnya adalah Benteng Torre yang didirikan
Portugis pada tahun 1578.
|
Benteng Torre |
|
Pemandangan Kota Ternate Dari Benteng Torre |
Pada saat kehadiraan bangsa-bangsa asing tersebut,
hegemoni kekuasan Kesultanan Tidore justru sedang dalam
puncaknya. Wilayah cakupan kekuasaan Tidore
pada saat itu bahkan hingga mencapai Pulau Papua, pada saat Kesultanan Tidore
dipimpin oleh Sultan Nuku yang berkuasa pada akhir abad ke 1797 – 1805. Pada
masa tersebut, Sultan Nuku berperang melawan Belanda, dan berhasil mengusir
Belanda, tidak hanya dari Pulau Tidore tetapi dari Pulau Ternate. Sultan Nuku
meninggal pada tahun 1805. Pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional
pada tahun 1995. Makam Sultan Nuku terbuka untuk umum sebagai lokasi wisata
sejarah dan ziarah.
|
Makam Sultan Nuku di Tidore |
Tidak berbeda jauh dengan Tidore,
Kota Ternate pun sangat lekat dengan sejarah. Selain masih terdapat Kesultanan
Ternate dan Kedatonnya, Kota ini pun dijuluki Kota Seribu Benteng. Sebagian
besar benteng tersebut dibangun oleh Portugis, sebagai bentuk pertahanan
terhadap Spanyol yang saat itu menguasai Tidore. Karena maksud tersebut, beberapa benteng menghadap ke arah
Pulau
Tidore, seperti Fort de Oranje dan Benteng Kalumata.
Era kekinian, benteng-benteng tersebut selain
menjadi lokasi wisata, juga menjadi spot untuk melihat view ke arah Pulau
Tidore dan Pulau Maitara. Dan apabila berhasil berjuang untuk bangun pagi,
dapat melihat terbitnya matahari di sela-sela Pulau tersebut.
|
Pemandangan Pulau Tidore dan Maitara dari Benteng Kalumata |
Jika Tidore suasana kota nya
senyap, cenderung seperti kota untuk
para
pensiunan, Ternate begitu hidup. Kota yang cukup ramai untuk ukuran Indonesia
Timur. Mal, supermarket, bioskop serta cafe dan coffee shop
mulai berjamur menghidupkan suasana kota yang
sebetulnya berada di wilayah rawan bencana. Berada di Perairan Laut Maluku,
Ternate termasuk rawan gempa dan tsunami.
Gunung Gamalama yang berdiri kokoh, adalah gunung api yang masih aktif. Tetapi
keterbatasan tersebut, justru memperoleh anugerah lain. Ternate dikelilingi
oleh lokasi-lokasi wisata alam yang sangat indah dan sangat mudah sekali untuk
dijangkau. Wisata alam minat khusus seperti, diving
yang tidak perlu jauh-jauh, dekat saja di
sekitar Kota Ternate. Spot-spot diving tersebar dekat dengan fasilitas umum,
seperti di
sekitar Pelabuhan Ahmad Yani,
Masjd Raya Al Munawar bahkan di sekitar pusat perbelanjaan. Spot diving yang
paling terkenal yaitu di sekitar Pulau Hiri. Menyeberang sekitar 15 menit,
berada di sisi Utara Kota Ternate dan langsung berhadapan dengan laut lepas.
Untuk yang hanya sekedar snorkeling, selain ke pantai yang terkenal yaitu
Sulamadaha, Pantai Jikomalamo sedang menjadi hits saat ini. Pantai Jikomalamo
berhadapan langsung
dengan Pulau Hiri.
Jadi, kurang lebih sekitar 100 meter, di Pantai ini pun bisa untuk diving.
|
Pulau Hiri |
|
Pantai Jikomalamo |
Ternate,
tidak hanya surga para divers dan under water photograper, tapi bagi kita
pelancong-pelancong yang hanya ingin berfoto-foto sambil menikmati keindahan alam.
Satu jalur
dengan arah menuju
Pantai Sulamadaha dan Jikomalamo ( arah
utara Kota Ternate), terdapat obyek wisata
lain seperti Danau Tolire besar dan Tolire kecil. Danau Tolire kecil
sangat dekat dengan laut, sementar Danau Tolire besar berada di kaki gunung
Gamalama.
Danau Tolire terbentuk akibat
letusan freatik ini, berbentuk seperti loyang. Terdapat cerita legenda bahwa di
dasar danau terdapat buaya putih sebagai penunggu. Keindahan lain dari akibat
letusan Gunung Gamalama yaitu Batu Angus. Batu Angus, seperti nama nya berwarna
hitam dan gosong/hangus, merupakan hasil pembekuan lahar. Gugusan batuan ini
membentuk suatu konfigurasi yang unik, serasa di zaman flinstones. Di lokasi
ini kita bisa melihat Gunung Gamalama berdiri dengan gagahnya, dan apabila
beruntung, akan melihat bentuk gunung utuh tanpa ada awan. Satu yang unik
bahwa, batuan hasil letusan ini sampai ke bibir pantai. Sehingga, selain
pemandangan gunung, kita juga dapat memandang lautan lepas Selat dan Pulau
Halmahera.
|
Danau Tolire |
|
Pemandangan Gunung Gamalama dari Batu Angus |
|
Pemandangan Halmahera Barat dari Batu Angus |
Dari bagian utara Kota Ternate,
kita bisa memutari Pulau Ternate menuju arah barat dan selatan kota, melalui
jalan lingkar Pulau Ternate. Berada di selatan Kota Ternate, akan ditemui
beberapa obyek wisata antara benteng Kastela Pantai Kastela. Benteng Kastela
merupakan benteng yang pertama kali dibangun Portugis
di Ternate pada tahun 1522. Benteng Kastela
ini menghadap ke arah Laut Maluku, jarak dari bibir pantai kurang lebih 50
meter. Pantai Kastela berbeda karakternya dengan pantai-pantai yang ada di utara,
yang memiliki alam bawah laut yang indah. Pantai Kastela berpasir hitam tetapi
kita dapat menikmati sunset yang sempurna di pantai ini. Bergerak ke arah timur
dari Pantai Kastela menuju Kota Ternate, terdapat suatu spot foto yang luar
biasa indah, yaitu pemandangan Danau Ngade dengan latar belakang Pulau Tidore
dan Pulau Maitara. Dan spot foto yang sangat terkenal di Ternate adalah di Desa
Fitu, yaitu pemandangan Pulau Tidore dan Maitara persis seperti uang pecahan
1000 rupiah edisi tahun 2000.
|
Pantai Kastela |
|
Sunset di Pantai Kastela |
|
Danau Ngade |
Cerita diatas, adalah perjalanan
saya di tahun 2019. Bukan pertama kalinya saya mengunjungi Ternate dan Sofifi,
tahun 2013 saya sudah menginjakan kaki di dua kota tersebut. Karena tujuan
utama adalah Weda di Kab. Halmahera Tengah, Ternate dan Sofifi
hanya menjadi tempat transit. Tahun 2019 yang
lalu, saya mendapat kesempatan dua kali mengunjungi Sofifi dan Ternate.
Ada sekitar
2 – 3 malam saya di Sofifi, mencoba meresapi
suasana sebuah ibukota kecamatan yang telah didaulat menjadi kota baru ibukota
provinsi. Begitu pun di Ternate, karena bandara ada disini, ada sekitar 2 – 3
malam saya bermalam. Pulau yang memiliki luas sekitar 5.710 Km2 ini, kurang
dari setengah hari kita dapat memutarinya. Kulinernya khas dan enak, yang pasti
akan sulit ditemui di Jakarta, seperti ikan dari perairan laut dalam yang
sangat segar. Salah satu kuliner yang sangat enak menurut saya adalah Gohu.
Gohu berbahasan dasar ikan mentah, yang hanya dimasak dengan minyak panas dan
diberi bumbu bawang, cabe dan asam. Gohu disajikan dengan kasbi atau singkong
rebus dan pisang kepok. Perpaduan yang aneh bagi kita yang tidak terbiasa, tapi
sungguh sangat ni’mat. Sedangkan ke Kota Tidore, ini adalah pertama kalinya.
Kunjungan hanya sekejap, hanya setengah hari dan itupun diselingi dengan rapat.
Tapi saya terkesan dengan Kota Tidore, sunyi sepi sejuk dan bersih.
|
Suasana Kota Tidore |