Penyeberangan resmi dari Nunukan
menuju Sebatik melalui Pelabuhan Sei Jepun yang berada di Kecamatan Nunukan
Selatan. Menggunakan speed boat dengan kapasitas penumpang max 10 orang dan
dapat ditempuh sekitar 25 - 30 menit. Memasuki Pulau Sebatik melalui Dermaga
Binalawan yang berada di Kecamatan Sebatik Barat.
|
Dermaga Binalawan - Sebatik |
Outlet resmi sebagai pintu
keluar masuk Sebatik tidak hanya dermaga kecil ini. Menuju Nunukan, dapat
melalui Dermaga Bambangan yang juga berada di Kecamatan Sebatik Barat.
Pelabuhan yang dituju yaitu Pelabuhan Tunontaka serta dermaga-dermaga kecil di
sekitarnya. Waktu tempuh menuju Nunukan lebih pendek yaitu sekitar 15-20 menit.
|
Dermaga Blambangan - Sebatik |
Pelabuhan besar berada di Sei Nyamuk,
Kecamatan Sebatik Timur. Pelabuhan ini dahulunya merupakan pelabuhan
penyeberangan menuju Tawau – Malaysia. Tetapi sejak awal tahun 2013, Pemerintah
Bagian Negara Sabah, tidak berkenan untuk menerima kapal yang berasal dari
Pelabuhan Sei Nyamuk. Dengan alasan rawan penyeludupan barang dan manusia,
Pemerintah Malaysia hanya berkenan menerima kapal yang berasal dari Pelabuhan Tunontaka di Nunukan.
Untuk sebuah pelabuhan
penyeberangan lintas negara, Pelabuhan Sungai Nyamuk memang tidak layak.
Dermaga sepanjang ± 2 Km masih dengan konstruksi kayu.
Syarat suatu pelabuhan
penyeberangan adalah adanya fasilitas
kantor imigrasi, kantor bea cukai, fasilitas karantina dan fasilitas keamanan
atau yang disebut CIQS. Pelabuhan Sei Nyamuk memang sudah memenuhi unsur itu,
tetapi tidak memiliki fasilitas x-ray. Sehingga tidak dapat mengontrol arus
keluar masuk barang.
|
Dermaga kayu di Pelabuhan Sei Nyamuk |
|
Salah satu Fasilitas CIQS di Sei Nyamuk - Sebatik |
Penutupan Pelabuhan Sei Nyamuk
sebetulnya sangat menyulitkan warga masyarakat Pulau Sebatik. Karena, untuk
menuju ke Tawau mereka harus menuju ke Nunukan terlebih dahulu. Konsekuensinya adalah ongkos transportasi yang lebih mahal. Untuk
memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat Sebatik memang sangat tergantung dari
Tawau. Hampir 90% kebutuhan pokok masyarakat dipasok dari Tawau. Tabung gas
elpiji pun ber-merk Petronas, dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan
elpiji Pertamina. Sepanjang saya mengamati arus barang masuk ke Sebatik dan
mengamati stok barang-barang baik di pasar tradisional maupun minimarket,
barang buatan Indonesia hanya mie instan dan rokok.
|
Kebutuhan pokok yang dipasok dari Malaysia |
Luas Pulau Sebatik berdasarkan
data dari Kantor BPS Kabupaten Nunukan yaitu 27.390 Ha. Penggunaan lahan
didominasi oleh tanaman perkebunan seperti coklat dan tanaman buah-buahan.
Hanya terdapat sedikit sekali sawah. Sudah mulai terjadi alih fungsi lahan
menjadi perkebunan kelapa sawit. Hasil-hasil perkebunan tersebut, hampir
seluruhnya dijual ke Malaysia. Kecuali
sebagian sawit yang berada di
Sebatik bagian barat diperuntukan untuk pabrik CPO yang berada di tempat
itu.
|
Perkebunan sawit yang telah merambah Sebatik |
|
Kelapa dan pisang, komoditi unggulan dari Sebatik |
Pusat pelayanan Pulau Sebatik
berada di Sei Nyamuk. Selain Pelabuhan Sei Nyamuk, fasilitas pelayanan yang ada
yaitu Bank dan ATM (BNI, Mandiri, BRI dan Bank Kaltim), pasar tradisional dan
pusat perbelanjaan (mini market). Selain itu, terdapat 2 unit penginapan.
Tipologi permukiman penduduk, yaitu linier sepanjang jalan utama , berkelompok
dan tersebar diantara perkebunan.
Selain bercirikan agraris,
penduduk Sebatik sebagian juga adalah nelayan. Sehingga, tersebar perkampungan
nelayan sepanjang garis pantai. Sebagian besar kondisi permukiman nelayan
tersebut sangat jauh dari standar kelayakan. Sangat minim infrastruktur seperti
sanitasi dan air bersih. Jembatan jerambah sebagai alat pengubung antar
perumahan dan menuju dermaga, banyak yang dalam kondisi rusak.
|
Sarana MCK di salah satu permukiman terapung di Sei Pancang |
Lain halnya dengan permasalahan
permukiman di pedalaman. Jalan desa sebagai penghubung antar kampung maupun
menuju tempat mencari nafkah kebanyakan masih berupa agregat (tanah dan
kerikil). Beberapa dusun terisolir karena belum ada jalan. Bahkan, ada dusun
yang harus melewati tempat yang sudah masuk ke negara Malaysia untuk menuju ke
jalan utama. Jalan utama sendiri berupa jalan lingkar Sebatik yang kondisinya
sudah bagus beraspal hotmix.
|
Permukiman yang terisolir di Sei Limau |
Sepanjang saya blusukan ke
kampung nelayan dan pedalaman, dapat dikatakan bahwa warga di perbatasan masih
jauh dari sejahtera. Sebagian besar rumah bertipe temporer dengan infrastruktur
permukiman yang minim. Bahkan ada
beberapa desa yang belum teraliri listrik. Untuk kebutuhan penerangan, hanya
berasal dari mesin jenset dan menyala hanya beberapa jam saja pada malam hari.
Kebetulan saya berkesempatan
mengunjungi desa di wilayah Sebatik Malaysia. Keadaan permukiman penduduk di
Kampung Mentadak dan Wallace Bay, tidak jauh seperti yang ada di Kota Tawau. Bersih dan rapih. Tipe rumah
sebagian besar rumah panggung, dan kolong digunakan untuk ruang yang lebih
bermanfaat. Hampir seluruh rumah telah memenuhi unsur kelayakan, lengkap dengan
sistem sanitasi yang sehat. Air bersih dan gas gratis, disubsidi oleh
pemerintah. Listrik hanya membayar 3 bulan sekali dengan biaya yang sangat murah. Kebutuhan dasar penduduk telah
dipenuhi oleh Pemerintah Malaysia. Selain sekolah dan klinik kesehatan, di pusat kampung terdapat
lapangan sepakbola lengkap dengan tribun penonton. Yang mengejutkan, di dekat
lapangan bola tersebut terdapat Perpustakaan Desa. Hal yang lebih mengejutkan
lagi adalah, ada warung makan yang sangat biasa sekali, tetapi sudah ada fasilitas WIFI. Bandingkan
dengan WIFI di hotel tempat saya menginap di Sei Nyamuk, sampe putus asa saya
mencari sinyal.
|
Permukiman di Kampung Mentadak - Sebatik Malaysia |
|
Perpustakaan Desa di di Kampung Mentadak - Sebatik Malaysia |
Kampung Mentadak dan Wallace Bay,
bukan merupakan kampung nelayan. Tetapi letak geografis kedua kampung ini
menghadap ke perairan. Sehingga, di beberapa tempat terdapat dermaga.
Kebanyakan dermaga tersebut merupakan sarana transportasi menuju ke Kota Tawau.
Ada satu dermaga yang saya amati. Dermaga tersebut terbuat dari kayu jerambah.
Terdapat beberapa rumah terapung di sepanjang dermaga. Kondisi lingkungan di
sekitar perumahan terapung itu, sangat jauh sekali dengan apa yang ada di
Sebatik Indonesia, bersih, hijau bahkan nyaris tidak ada sampah.
|
Perumahan terapung di Kampung Mentadak - Sebatik Malaysia |
Sesungguhnya masyarakat di Pulau
Sebatik dahulu merupakan satu kesatua kekerabatan. Karena intrik politik,
menyebabkan mereka menjadi terpisah. Tetapi sayang-nya, masyarakat yang berada
di wilayah teritorial Malaysia kondisi-nya lebih baik dibandingkan dengan di
Indonesia. Selain menggantungkan pemenuhan kebutuhan pokok dan pelayanan
kesehatan ke Kota Tawau, beberapa masyarakat Sebatik Indonesia bekerja di Tawau
dan menjadi penduduk penglaju. Perlakuan warga negara kita oleh aparat malaysia
memang sungguh menginjak-nginjak harga diri. Saya menjadi saksi bagaimana
ketatnya masuk dan keluar dari Pelabuhan Tawau. Aparat petugas disana berteriak
lantang dan galak untuk mengatur arus
manusia. Antri tidak berlaku disana untuk warga negara Malaysia. Tinggal
berkata “saya orang malaysia“, maka akan didahulukan masuk. Dalam proses
transaksi jual beli, harga produk dari Indonesia dapat seenaknya dipermainkan.
Petani dan nelayan, sudah barang tentu tidak berdaya melawan-nya.
Itulah kenyataan dari suatu
wilayah yang telah ditetapkan sebagai “kawasan strategis nasional yang
pembangunan-nya diprioritaskan”. Telah banyak studi yang membahas rencana
penataan, strategi percepatan pembangunan, rencana action plan, bahkan kepada
studi-studi detail. Tetapi sayang-nya
hanya berupa buku yang tersimpan rapi di kantor proyek. Tapi mudah-mudahan,
upaya percepatan pembangunan kawasan perbatasan segera terealisir. Pemerintah
sudah ber-itikad baik dengan mengalokasikan dana sekitar 9,7 Triliun pada TA
2014 untuk pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan. Kita
tunggu...;-)