Sejak memutuskan untuk membeli
rumah dua tahun yang lalu, saya memiliki tanggung jawab untuk membayar
cicilannya. So, konsekuensinya adalah saya harus lebih bijak dalam pengeluaran,
mengurangi sifat konsumtif : D. Kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi rumah, maupun
pengeluaran rutin sepenuhnya harus saya penuhi dengan usaha dan keringat
sendiri. Selain itu, saya juga memiliki kewajiban untuk mengurus rumah
sendirian.
Saya bekerja nine to five, jadi cuma
punya waktu weekend untuk beres-beres rumah dan pekerjaan ibu rumah tangga
lainnya seperti mencuci dan menyetrika. Saya manfaatkan waktu weekend untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga , agar pada saat weekdays saya tidak
terganggu dengan aktivitas itu.
Pada saat itu, saya belum
memiliki mesin cuci, dan saya beranggapan, saya masih mampu untuk mencuci
manual. Jadi, pada hari sabtu, seharian saya full beres2 rumah dan mencuci dan
diselingi masak (di tempat saya tinggal tidak ada tempat makan yang cukup enak,
jadi saya memutuskan untuk memasak ketika diam di rumah). Pada saat hari
minggu, saya gunakan untuk menyetrika dan kadang-kadang membersihkan rumput di
taman dan belakang rumah. Praktis pada saat wiken saya sibuk dengan urusan
pekerjaan rumah tangga, sehingga kurang
memiliki waktu bermain bersama sahabat-sahabat saya.
Dan...beberapa tahun kemudian
setelah itu, saya tersentak kaget ketika seorang sahabat mengatakan bahwa pada
saat-saat itu, saya dianggap menarik diri dari pergaulan. Demi Tuhaaaaan! saya
tidak pernah ada niat untuk menarik diri, semua terjadi karena keadaan. Keadaan
dimana weekdays saya sangat sibuk dengan pekerjaan kantor dan weekend saya
sibuk dengan pekerjaan rumah.
Kalimat menarik diri dari
pertemanan ini bisa muncul karena kami merasa ada salah seorang sahabat yang
sepertinya selalu menghindar diajak bertemu. Tetapi, dengan adanya dugaan
sahabat saya tentang saya, pasti sahabat saya yang kami anggap sedang menarik
diri itu punya alasan tersendiri, dan mungkin hanya dia sendiri yang hanya
ingin merasakannya.
Semua kerinduan, semua
pertanyaan, semua prasangka dan kesedihan untuk sahabat saya itu, sekarang
akan coba saya sikapi dengan bijak, akan coba saya tempatkan ketika saya berada
di posisi-nya. Saya harus hargai sikap yang dia ambil dengan tidak memaksakan
diri untuk berusaha bertemu dengan-nya. dan saya yakin juga bahwa sahabat
saya itu tidak ada niat untuk menarik diri, mungkin dia hanya butuh waktu untuk
sendiri.
Selanjutnya, saya tidak tahu mau
menulis apa, karena sejak ajakan terakhir untuk bertemu ditolaknya, saya hanya ingin
menulis blog, menumpahkan kesedihan saya. Semoga semuanya baik-baik aja ya..we miss you much..